Rabu, 26 November 2014

Opini Job Seeker Vs Job Creator (Tgs 4 Softskill)

Diposting oleh Unknown di 09.08 0 komentar
OPINI TENTANG JOB SEEKER VS JOB CREATOR

Masih sulit mengubah mindset masyarakat dengan menjadikan wirausahawan sebagai profesi utama. Selama ini bukan profesi utama yang ingin digeluti sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebagian besar lebih memilih menjadi tentara, dokter dan profesi lainnya. Kemampuan mengembangkan potensi diri ini menjadi masalahnya. Solusi yang harus dilakukan dengah mengubah mindset para mahasiswa dari pencari kerja menjadi pencipta lapangan kerja. Dari job seeker menjadi job creater. Meskipun tidak mudah mengubah mindset mahasiswa untuk keluar dari zona nyaman. “Mau tidak mahasiswa merubah mindsetnya. Kadang mahasiswa itu gengsi untuk berjualan. Masalah harus ada stimulus bahwa keinginan jadi wirausahawan bukan nomer dua atau nomer tiga. Jangan sampai mahasiswa berlindung dibalik status mahasiswanya. Kalau sudah lulus harus bersaing ketat,” ujar Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Pasundan Dr.Jaja Suteja di Kampus Unpas, Kamis (21/3/2013).
Menurutnya, untuk itu mahasiswa harus didorong punya jiwa wirausaha karena secara makroekonomi juga akan membantu pemerintah. Kedepan perguruan tinggi didorong tidak hanya menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai tapi juga dapat menciptakan lapangan kerja. Salah satunya dapat dilakukan melalui kurikulum sebagai sesuatu yang bisa mentransform mahasiswa yang kurang memiliki nilai menjadi outputnya memiliki nilai tambah melalui jiwa wirausaha. Dia mengemukakan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha di Unpas diterapkan hidden kurikulum kewirausahaan pada kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum dimana beberapa matakuliah itu melakukan praktek wirausaha. “Kurikulum berbasis wirausaha bersifat hidden kurikulum yang bisa dimasukan di setiap mata kuliah. Tidak hanya fakultas ekonomi saja tapi juga fakultas lain,” katanya.
Untuk menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan dan meningkatkan aktivitas kewirausahaan agar para lulusan perguruan tinggi lebih menjadi pencipta lapangan kerja maka para mahasiswa diberi materi Kewirausahaan sebagai mata kuliah dimana diberikan satu minggu satu kali tatap muka. Dengan adanya mata kuliah Kewirausahaan diharap dapat merubah mindset para lulusan perguruan tinggi untuk cenderung memilih mandiri dan berusaha (job creator) daripada sebagai pencari kerja (job seeker).
Ada beberapa sebab yang melatar belakangi banyaknya penggangguran tingkat Diploma dan Perguruan Tinggi tersebur  dalam hal berwirausaha, diantaranya :
·        Sebagaian besar para lulusan Perguruan Tinggi cenderung sebagai pencari kerja (job seeker) daripada sebagai pencipta lapangan pekerjaan (job creator).
· Kurang nya informasi, dukungan, motivasi dan pengetahuan tentang kewirausahaan
·        Kurangnya informasi, dukungan dan pengetahuan dari pemerintah, keluarga dan tempat pendidikan tentang dunia kewirausahaan.

Beberapa alasan-alasan tersebut di atas menyebabkan mereka didorong untuk  menjadi pegawai negeri atau swasta setelah lulus dari Perguruan tinggi, belum ada dukungan yang maksimal baik dari keluarga, pemerintah maupun dunia Pendidikan untuk mandiri atau berwirausaha. Dengan rendahnya tingkat keinginan para lulusan terdidik (diploma dan sarjana) untuk berwirausaha, maka jumlah lapangan pekerjaan semakin sempit sedangkan  jumlah pengangguran semakin meningkat. Untuk itu perlu adanya sinergi dan dukungan  dari berbagai pihak untuk mewujudkan minat para generasi muda berwirausaha sehingga mereka dapat menciptakan lapangan kerja sendiri dan orang lain yangmana nantinya dapat mengurangi jumlah penggangguran terdidik di Indonesia. Diharapkan dengan adanya minat para lulusan perguruan tinggi untuk mandiri, berwirausaha maka akan meningkat pula aktivitas entrepreneurial (berwirausaha) sehingga dapat tercipta bisnis baru, peluang pekerjaan dan berkurangnya penggangguran.
Perbedaan yang dapat dilihat pada saat jadi pengusaha dan  menjadi karyawan yaitu:
Pengusaha:
- membuka lapangan pekerjaan
- mandiri + independen
- bebas
- lebih kreatif dan dinamis

 
Karyawan :
- terikat waktu dan tugas
- gak independen
- terkungkung dan terkekang
- hanya jadi "pelayan" bagi atasan

Next, menjadi job creator berarti mengurangi pengangguran karena kita dapat membuka peluang kerja bagi orang lain. So, satu langkah justru bisa menjadi berkah bagi banyak pihak.


 Nama : Irma Hidayati Ginting
NPM : 23211695

Tugas 3 Analisis Jurnal Kecurangan (Softskill)

Diposting oleh Unknown di 09.04 0 komentar
 Analisis Jurnal “PENGARUH PERAN KOMITE AUDIT, PENGENDALIAN INTERNAL, AUDIT INTERNAL DAN PELAKSANAAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP PENCEGAHAN KECURANGAN “
Ringkasan Jurnal :
Judul               :  PENGARUH PERAN KOMITE AUDIT, PENGENDALIAN INTERNAL,
AUDIT INTERNAL DAN PELAKSANAAN TATA KELOLA
PERUSAHAAN TERHADAP PENCEGAHAN KECURANGAN
Penulis                         :  Gusnardi
Universitas      :  Fakultas Ekonomi Universitas Riau
No. Jurnal        : Ekuitas Vol. 15 No. 1 Maret 2011: 130 – 146

Abstrak
The needs for good corporate governance in the last ten years have been evidenced, especially after the failure of some big companies. In Indonesia, the good corporate governance become more important since this country experienced a multi dimension crisis at the middle of the 1997, where all government agents and private enterprises were required to implement the corporate governance. The purpose of this research is to explore the influence of audit committee role, internal control, internal audit, and good corporate governance implementation simultaneously and partly on the fraud prevention over the state-owned companies. This research was conducted by census methods over 13 public BUMN in Indonesia. The data used in this research were primary data collected by questioners. The research respondents were audit committee chairman, financial director, internal audit department chairman, and corporate secretary. The validity and reliability of the data was tested before hypothesis testing. The data analysis for hypothesis testing was the path analysis. This research concludes the of audit committee role, internal control, internal audit, and good corporate governance implementation
influential significant to Fraud prevention the state-owned companies in Indonesia. From this research expressed that optimal from audit committee role, internal control exercise, internal audit and good corporate governance implementation can prevent the happening of fraud prevention over the state-owned companies in Indonesia.
Keyword: audit committee, internal control, internal audit, good corporate governance, and fraud.

Latar Belakang
Perhatian dunia usaha terhadap Tata Kelola Perusahaan meningkat sejak negara-negara di Asia di hantam krisis ekonomi pertengahan tahun 1997 dan terbukanya skandal keuangan perusahaan raksasa dunia, termasuk Enron Corporation, Worldcom, dan Global Crossing. Krisis ini berdampak sangat luas terutama dalam merontokkan rezim-rezim politik yang berkuasa di Korea Selatan, Thailand, dan Indonesia. Ketiga negara yang diawal tahun 1990-an dipandang sebagai “Macan Asia” harus mengakui bahwa pondasi ekonomi mereka rapuh, yang akhirnya berujung pada krisis keuangan, ekonomi dan akhirnya merambat ke krisis politik. Hasil analisis yang dilakukan berbagai organisasi internasional dan regulator pemerintah di banyak negara menemukan sebab utama terjadinya krisis ekonomi tersebut adalah karena lemahnya pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan (GCG) di banyak perusahaan termasuk BUMN dan BUMS di Indonesia. Untuk perusahaan yang dikelola pemerintah atau sebagian kepemilikannya dikuasai pemerintah (BUMN) bahkan sudah diatur supaya dalam pelaksanaan kegiatannya harus berpedoman kepada corporate governance. Sehubungan dengan penerapan GCG pada BUMN, dari hasil audit yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang dilakukan pada 16 BUMN selama bulan Oktober 2002 sampai Mei 2003, ternyata hanya enam perusahaan BUMN yang memiliki kinerja baik. Dari hasil audit BPKP tersebut bahwa komitmen BUMN untuk menerapkan Tata Kelola Perusahaan masih rendah. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan pelaksanaan GCG guna memperbaiki kinerja perusahaan, khususnya BUMN di Indonesia adalah dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-117/MMBU/2002 Tentang Penerapan Praktik Tata Kelola Perusahaan Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pasal 2 yang mewajibkan BUMN menerapkan Tata Kelola Perusahaan secara konsisten. Untuk dapat melaksanakan Good Corporate Covernance sebagaimana yang diharapkan semua pihak terutama di BUMN-BUMN diperlukan peran yang optimal dari Komite Audit, Pengendalian Internal dan Audit Internal. Dengan terlaksananya corporate governance diharapkan perusahaan dapat berjalan dengan baik dan kecurangan yang selama ini merugikan mayoritas BUMN dapat dikurangi bahkan dihindari. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu; apakah peran Komite Audit, Pengendalian Internal, Audit Internal, dan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan berpengaruh terhadap pencegahan Kecurangan pada BUMN Terbuka di Indonesia. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh peran Komite Audit, Pengendalian Internal, Audit Internal, dan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan terhadap pencegahan Kecurangan baik secara simultan maupun secara parsial pada BUMN Terbuka di Indonesia. Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan publik yang memiliki Komite Audit dapat merupakan kegunaan
praktis untuk menjadi masukan sejauh mana pengaruh peran Komite Audit, Internal Control dan Internal Audit dapat menunjang pelaksanaan Good Corporate Governance dan pencegahan Fraud.
2. Dapat memberikan kontribusi secara ilmiah dan pengembangan teori-teori yang telah ada, mengenai ilmu auditing, Internal Control, Internal Audit, Fraud Auditing dan Corporate Governance.
3. Bagi pendidikan tinggi dapat dijadikan bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam melengkapi bahan bacaan/literatur bidang akuntansi dan manajemen.

Variabel Penelitian
·         Variabel Independen  : Komite Audit (X1), Internal Control (X2), Internal Audit (X3).
·         Variabel Dependen     : Pelaksanaan GCG (Y), Pencegahan Fraud (Z).

Metodologi  Penelitian
Berdasarkan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian verifikatif, yaitu penelitian
yang berupaya menguji jawaban masalah yang bersifat sementara (hipotesis) berdasarkan teori tertentu. Untuk itu, metode penelitian yang digunakan adalah explanatory survey yaitu penelitian dengan menggunakan populasi untuk menjelaskan hubungan antar variabel pada populasi tersebut. Sehubungan dengan jenis penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Penelitian yang menggunakan metode survei memiliki ciri-ciri terkait dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu bersifat deskriptif dan juga verifikatif, data dikumpulkan dari sampel yang telah ditentukan, data variabel penelitian diperoleh dengan menggunakan alat pengumpulan data tertentu, yaitu kuesioner (Singarimbun dan Effendi, 1995). Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh peran Komite Audit, Pengendalian Internal dan Audit Internal dalam pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan dan pencegahan Kecurangan pada BUMN Tbk di Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada BUMN Terbuka yang tercatat dan telah membentuk Komite Audit di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Pemilihan objek tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa pembentukan Komite Audit sudah diwajibkan oleh Bapepam dan BEJ bagi perusahaanperusahaan yang go public dalam rangka mencapai Tata Kelola Perusahaan yang saat ini sudah menjadi tuntutan bagi perusahaan-perusahaan yang akan masuk tercatat di BEJ. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan analisis jalur (path analysis) dengan bantuan Software Lisrel 8.30. Penggunaan analisis jalur dengan pertimbangan bahwa pola hubungan antar variabel dalam penelitian ini adalah bersifat korelatif dan kausalitas. Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis jalur digunakan karena secara konseptual antar variabel independen memiliki hubungan. Dengan analisis jalur dapat diketahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen baik langsung maupun tidak langsung. Mempermudah pemahaman atas variabel dalam penelitian ini, maka setiap variabel dirumuskan dalam simbol.

Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat: Lawrence etc. (2000), dan Indra Safitri (2002) mengatakan bahwa seluruh keputusan yang dibuat oleh komisaris independent, tidak terpisahkan dari berjalannya mekanisme Pengendalian Internal ditubuh emiten termasuk adanya Komite Audit, Abbott (2000) mengatakan bahwa Komite Audit yang ahli berhubungan positif dengan kualitas laporan keuangan, dan Cattrysse (2002) menyatakan bahwa Auditor Internal yang baik dapat mencegah Kecurangan. Dari besarnya pengaruh variabel independen tersebut terhadap pencegahan kecurangan, ternyata pengaruh yang paling besar adalah pengaruh pelaksanaan tata kelola perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik pelaksanaan tata kelola perusahaan pada BUMN Tbk. di Indonesia maka akan dapat mencegah terjadinya kecurangan lebih dini.
Analisis Jurnal

Untuk pengambil kebijakan seperti BEJ dan Bapepam LK, sesuai dengan ketentuan kewajiban bagi perusahaan publik tentang penerapan Tata Kelola Perusahaan, agar selalu mengawasi perusahaan/emiten dalam menerapkan Tata Kelola Perusahaan, terutama tentang code of corporate governance, yang menyajikan pedoman kepada BUMN Tbk. di Indonesia tentang penerapan Tata Kelola Perusahaan. Serta menjadi masukan seberapa jauh peraturan Bapepam LK dan BEJ telah ditaati oleh emiten sebagai dasar untuk menerapkan sanksi bagi emiten yang belum atau tidak menerapkan Tata Kelola Perusahaan sesuai dengan aturan yang berlaku. Dengan harapan bahwa perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan Tata Kelola Perusahaan dengan baik akan dapat mencegah praktik kecurangan yang merugikan banyak pihak.

Nama : Irma Hidayati Ginting
NPM : 23211695

Jumat, 14 November 2014

SWOT DIRI SENDIRI (TGS SOFSKIL 2)

Diposting oleh Unknown di 23.23 0 komentar

Analisis Swot diri saya


Nama saya Irma Hidayati Ginting biasa dipaggil Irma atau Borgit. Saya lahir di Kabanjahe,daerah tanah karo Sumatera Utara, saya menghabiskan masa-masa kecil saya di sana,tapi saat mulai sekolah saya pindah ke kota . Saya terlahir dari seorang ayah berdarah Batak begitu juga ibuku. Itu berarti saya adalah anak yang memiliki darah batak asli dari sumatera utara.
Pada waktu kecil perna terlintas dalam pikran saya untuk bercita-cita menjadi polwan karena terpengaruh dengan saudara-saudara yang yang menjadi polwan. namun setelah duduk dibangku SMA saya mulai brpikir lagi untuk bercita cita menjadi sekretaris karena terinspirasi dari kakak kelas yang menjadi sekretaris,yang selalu terlihat cantik, semangat dan ramah pada orang yang disekitarnya. Tapi setelah di bangku kuliah yang di mana disebut seorang mahasiswa saya berpikir lagi kenapa tidak bekerja di sebuah perusahaan, karena melihat saudara saya yang bekerja disalah satu perusahaan di Jakarta, saya ingin juga bekerja seperti dia, mungkin itu sekilas mengenail cita-cita saya.
Mengenai swot saya, yang diberit tugas oleh Dosen Etika Profesi Akuntansi untuk menganalisa tentang swot yang ada pada diri saya sendiri, saya sendiri bingung swot yang ada pada diri saya itu apa,karena saya orangnya cuek, saya harus menuliskan apa kekurangan, kelebihan yang ada pada diri saya. Saya berpikir beberapa kali,untuk menemukan kelebihan dan kekurangan saya, akhirnya saya dapat menuangkan isi pikiran saya mengenai kekurangan dan kelebihan saya, berikut ini kekurangan dan kelebihan diri saya :
S = Strenght, adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang, organisasi atau sebuah program saat ini yang bias berpegaruh positif di masa yang akan datang.
1.      Mudah bersosialisasi dengan temen
2.      Berpenampilan cukup baik
3.      Suka memasak
4.      Senang buat temen tertawa

W = weakness, adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan yang dimiliki oleh seseorang, organisasi atau sebuah program saat ini yang bias bepegaruh negative di masa yang akan dating.
Kelemahan yang ada pada diri saya sekarang yaitu :
1.      Agak cuek pada lingkungan sekitar
2.      Lemah dalam bahasa inggris dan matematika
3.      Kurang percaya diri saat bicara di depan orang banyak/umum
4.      Susah ngambil keputusan dengan cepat
5.      Boros dalam keuangan
6.      Ceroboh
7.      Pelupa
8.      Kurang bisa mengatur waktu dengan baik
9.      Suka menunda-nunda pekerjaan

Opportunities :
Petama, dukungan dari orang tua yang hebat. Sehingga bisa menguliahkan saya yang berasal dari Sumatera Utara, juga di fasilitasi dengan segala keperluan yang berhubungan sama kuliah dan kebutuhan sehari-hari dan lain-lain. Kedua, banyak teman dan sahabat yang mempunyai berbagai macam skill sehingga membuat saya saling share atau berbagi ilmu, saling berbagi dan mengajari, belajar kelompok bersama sehingga mempermudah dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Punya temen senior yang berpenglaman yang dapat menjadi tempat bertanya jika tidak tau mengenai informasi dari kampus.


 Threats :
pengaruh internet dan sosial media yang kadang-kadang membuat saya lupa akan waktu karena ketagihan sehingga pekerjaan-pekerjaan yang lain terlupakan namun teman dan keluargaku sering sekali mengingatkan saya untuk tidak melupakan tugas-tugas penting seperti tugas  kuliah.

Dengan segala kelurangan dan kelebihan, saya akan terus berusaha untuk berpikir bahwa sukses hanya tinggal selangkah lagi dan pasti akan diraih, dan diimbagi dengan kerja keras, usaha dan doa , pasti semua akan berhasil, dan masa depan yang cerah akan ada di depan Anda.

Rabu, 29 Oktober 2014

TUGAS 1 ETIKA PROFESI AKUNTANSI

Diposting oleh Unknown di 01.59 0 komentar
OPINI TENTANG ETIKA PROFESI
PENGERTIAN ETIKA
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta ethaEthos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Menurut Brooks (2007), etika adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki penilaian normatif tentang apakah perilaku ini benar atau apa yang seharusnya dilakukan. Kebutuhan akan etika muncul dari keinginan untuk menghindari permasalahan – permasalahan di dunia nyata.
Kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :
  1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);
  2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
  3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar,salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
PENGERTIAN PROFESI
Profesi sendiri berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.
PENGERTIAN ETIKA PROFESI
Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi.
Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia.
Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi atau lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa), science, medis/dokter, dan sebagainya.
Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap konsumen (klien atau objek).
Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama, (Anang Usman, SH., MSi.)
Prinsip dasar di dalam etika profesi :
1. Tanggung jawab
 – Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
- Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan.
3. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
4. Prinsip Kompetensi,melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya, kompetensi dan ketekunan
5. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi
6. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi

`Profesi'  berkaitan erat dengan etika dan tanggung jawab sesuai dengan jenjang keahlian dan fungsi masing-masing pemilik profesi. Jika disebut `tanggung jawab profesi' maka terlintas dalam benak kita bahwa disana berkumpul para ahli (expert) dalam bidang tertentu yang memiliki latar belakang peran dan fungsi serta tanggung jawab yang berbeda. Pengambil kebijakan, guru/dosen, politikus, agamawan, sebagainya. Bahkan dengan adanya instansi/badan maupun organisasi tertentu semakin menguatkan komunitas pengelompokkan bidang dan profesi tertentu.
Sebagian besar dari kita mungkin pernah membaca jurnal-jurnal, tulisan bahkan dalam bentuk audio visual bagaimana etika kedokteran memiliki peranan penting dalam dunia kesehatan, etika politik yang hingga kini masih menjadi perdebatan hangat di banyak media baik cetak maupun elektronik hingga etika-etika yang lain yang seolah penting dan harus dimiliki oleh ragam profesi beserta tanggung jawab yang ada pada masing-
masing pfofesi tersebut. Masih tergiang ketika pemerintah menghimbau agar menjaga dan melestarikan lingkungan. Para agamawan mengumandangkan ketundukan pada pencipta, kebersamaan dan kepekaan sosial, sebagai perlambang kelanggengan hari pasca kehidupan. Bahkan lebih spesifik lagi, ada jargon `korupsi menyengsarakan rakyat' yang dibuat dan diedarkan oleh salah satu lembaga pemerintahan. Namun dari kesemuanya, seolah kita mengangkat tangan ketika seluruh himbauan tersebut berubah sekedar bunyi tanpa makna. Lebih parahnya lagi, seolah masing-masing profesi menyelimuti diri atau mencari aman dibalik anggapan bahwa `saya' sudah cukup beretika dalam melaksanakan tanggung jawab dan `terserah' terhadap profesi yang lain atau jika boleh dikatakan ada sebagian profesi yang mengenyampingkan nilai-nilai etik demi sebuah kepentingan baik pribadi maupun golongan. Lalu pada posisi mana etika hendaknya mendapatkan porsi yang maksimal, terutama pada sisi tanggung jawab profesi? Berkaitan dengan hal ini, agaknya `etika' memang jarang atau malah tidak pernah dikuliahkan di bangku-bangku perguruan tinggi yang melahirkan banyak ragam profesi. Bagaimana tidak, paketan ilmu yang didapat di bangku-bangku kuliah kebanyakan sama sekali tidak memihak pada kehidupan sosial yang nyata dan alam lingkungan karena orientasi yang ada tidak lebih dari sekedar memenuhi target perkuliahan diperguruan tinggi yakni mendapatkan terori sebanyak-banyaknya sehingga output yang dihasilkan adalah kalangan profesi yang bersifat intelektualistis. Sebagai contoh sederhana, para ahli ekonomi atau hukum mendapat suatu proyek pembangunan di suatu tempat, barangkali dampak sosial pembangunan yang baik-baik saja yang dihitung, sedang dampak negatifnya berada diluar kalkulasinya.  `dampak' sosial yang bersifat negatif bukannya ditangani secara bijak (baca: beretika), tapi biasa dianggap sebagai penghambat keberlangsungan proyek. Lebih lanjut, seolah telah menjadi rahasi umum bahwa ilmu pengetahuan yang melahirkan ragam profesi saat ini adalah dibangun diatas metode positisme yang disinyalir tidak mengindahkan ‘etika’
yang dampaknya berakhir pada pengenyampingan terhadap sejarah keseharian kehidupan manusia dan alam lingkungan. Agaknya, hal ini juga yang menyebabkan para pemilik ragam profesi menjadi `robot' yang tidak mengenal tata nilai yang tidak bisa memihak dan membedakan dengan baik
terhadap kepentingan sosail dan struktur masyarakat yang timpang serta kelestarian alam lingkungan. Denagn demikian, setidaknya ada beberapa hal yang sangat penting dan setidaknya juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menanamkan kepekaan `etika'  dalam kaitannya dengan profesi dan tanggungjawab yang melekat besertanya yakni : pertama, mengembalikan aspek pemihakan terhadap nuansa nilai tradisi, budaya dan beragama. Barangkali pemilik ragam profesi dapat belajar banyak bahwa bangsa ini memiliki modal dasar yang sangat kaya dari sisi budaya, tradisi dan keagamaan. Setidaknya dengan memberi porsi yang cukup pada nilai-nilai etik tradisi, budaya dan keagamaan akan mampu memupuk pola transendentalism yang selama ini telah tergerus oleh pendekatan `non tradisi, budaya dan keagamaan'. Kedua, stidaknya perlu dilaksanakan bentuk studi etika praxis terlebih pada aspek teoritis. Penulis optimis dengan adanya beberapa kebijakan dari salah satu pemerintah daerah di Provinsi Bangka Belitung yang menerapkan pola etika praxis seperti magrib mengaji, sajadah fajar dan memberikan hak-hak anak secara proposional dalam pemerintahan dikemudian hari mampu melahirkan kesadaran para pemilik ragam profesi. Ketiga, berkaitan dengan poin kedua (2) akan lebih baik lagi jika penerapannya lebih pada bentuk kesatuan atau ketidak terpisahan antara `teori' dan `praktek', dalam bahasa yang berbeda pola pemupukan nilai-nilai etik budaya, tradisi dan keagamaan mampu meresap pada pemilik ragam profesi sehingga menghilangkan etika sekuler yang agaknya masih bisa dimanipulasi dan terkesan bersifat vested interested. Sebagai pamungkas, jika sistem penyajian keilmuan yang melahirkan ragam profesi saat ini lebih condong kepada pola positivism sehingga mengebalkan panggilan hati maupun akal sehat, maka tidak ada salahnya perlu dilakukan peninjauan kembali terhadap bentuk dan cara-cara para leluhur bangsa ini dalam menamkan nilai-nilai etik pada putra-putri terbaik bangsa yang telah lalu. Sebagian kalangan memberikan ungkapan pada nilai-nilai etik ini sebagai nilai-nilai yang disampaikan secara tradisional. Namun setidaknya nilai-nilai etik tradisional (tradisi, budaya, kegamaan) inilah yang mampu menyadarkan para pemilik profesi untuk bersifat maupun bertindak secara beretika.

 IRMA HIDAYATI GINTING (23211695)
4EB05
GUNADARMA


 

Irmahg blog's Copyright 2011 My Sweet Blog kage Designed by Templates By Blogger Styles | Blogger Image by Tadpole's Notez